Dari Tanah, untuk Nusantara: Inovasi dan Pelestarian Pangan Demi Ketahanan Bangsa

 

Sumber gambar: liputan6.com/Panji Prayitno
                                                Sumber gambar: liputan6.com/Panji Prayitno

       Di sebuah desa terpencil di Indonesia, di tengah hamparan sawah hijau, seorang petani tua bernama Pak Suyono mengamati dengan cermat tanah yang ia garap. Generasi demi generasi di keluarga bergantung pada sawah ini untuk mencukupi kebutuhan pangan. Namun, perubahan iklim, cuaca yang tidak diketahui, dan alih fungsi lahan telah menimbulkan kekhawatiran di masa depan. Pertanyaan yang menggelayut di benak kita adalah: “Bagaimana nasib ketahanan pangan di masa depan? Apakah sumber daya hayati yang selama ini menjadi kekuatan pangan Indonesia akan tetap lestari?”

       Kisah Pak Suyono bukan sekadar cerita satu petani, melainkan refleksi dari realitas yang dihadapi seluruh bangsa Indonesia. Di tengah tantangan global seperti perubahan iklim, urbanisasi, dan pertumbuhan populasi, masa depan ketahanan dan keanekaragaman pangan Indonesia menjadi pertanyaan yang mendesak untuk dijawab.

 

Masa Depan Ketahanan Pangan di Indonesia

        Ketahanan pangan bukan hanya soal cukupnya ketersediaan bahan makanan, tetapi juga terkait akses, kualitas, dan keinginan. Indonesia, dengan lebih dari 270 juta penduduk, menghadapi tantangan besar dalam menjaga ketahanan pangan. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, meskipun Indonesia telah mencapai swasembada beras dalam beberapa tahun terakhir, ancaman terhadap ketahanan pangan masih ada dan perlu dicari solusinya. Perubahan iklim, alih fungsi lahan pertanian menjadi perkotaan, serta ketergantungan pada impor beberapa komoditas pangan kian mempengaruhi stabilitas pasokan pangan di masa depan.

        Dalam Forum Bumi yang diselenggarakan oleh Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia, telah dibahas bagaimana perubahan iklim telah melemahkan ketahanan pangan global, termasuk di Indonesia. Curah hujan yang tidak menentu, kekeringan yang berkepanjangan, dan bencana alam membuat sektor pertanian kian rentan. Para petani seperti Pak Suyono kini harus menghadapi kondisi tanah yang berubah, produktivitas tanaman yang menurun, dan biaya produksi yang meningkat.

       Sementara itu, Indonesia juga masih bergantung pada impor pangan untuk beberapa komoditas utama, seperti gandum dan kedelai. Akibat ketergantungan ini membuat Indonesia rentan terhadap kerusakan harga global dan gangguan rantai pasok internasional, seperti yang terlihat selama pandemi COVID-19. Tantangan besar ini menuntut Indonesia untuk tidak hanya mempertahankan tetapi juga mengadaptasi sistem pangan untuk ke depannya.

Sistem Pangan yang Adaptif dan Tangguh

      Melihat tantangan yang ada, maka diperlukan langkah-langkah inovatif untuk menciptakan sistem pangan yang adaptif dan tangguh. Salah satu kunci utama adalah diversifikasi pangan. Selama ini, Indonesia masih bergantung pada bahan pangan berupa beras sebagai makanan pokok. Padahal, negara ini memiliki kekayaan sumber daya pangan lokal lainnya, seperti umbi-umbian, sagu, jagung, dan berbagai jenis kacang-kacangan. Diversifikasi pangan ini penting untuk mengurangi tekanan pada produksi beras dan memperkuat ketahanan pangan.

      Inisiatif lain yang bisa dilakukan adalah meningkatkan ketahanan komunitas lokal. . Masyarakat di berbagai daerah memiliki kearifan lokal masing-masing dalam pemanfaatan sumber daya hayati pangan yang telah teruji. Misalnya, masyarakat adat di Papua telah lama mengandalkan sagu sebagai makanan pokok, sementara di Nusa Tenggara Timur, umbi-umbian menjadi sumber pangan utama. Pemanfaatan keanekaragaman hayati lokal ini bisa menjadi solusi untuk mengatasi ancaman ketahanan pangan.

       Selain itu, dengan adanya penerapan teknologi pada pertanian juga sangat penting untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Di tengah perubahan iklim, penerapan teknologi seperti irigasi tetes, penggunaan benih yang tahan terhadap perubahan cuaca, serta penerapan teknologi ramah lingkungan lainnya bisa menjadi kunci dalam menjaga produktivitas untuk lahan pertanian. Dukungan pemerintah dan sektor swasta dalam hal ini juga sangat diperlukan untuk mendorong petani agar beradaptasi dengan teknologi modern.

       Dengan adanya peningkatan penelitian dan pengembangan di bidang pangan juga merupakan langkah penting yang bisa dilakukan dalam menciptakan ketahanan pangan di masa depan. Riset mengenai varietas tanaman lokal, pengembangan teknologi pascapanen, hingga cara-cara baru dalam memproduksi pangan harus menjadi prioritas. Institut Pertanian Bogor (IPB) , misalnya, telah melakukan penelitian tentang berbagai komoditas pangan lokal yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai alternatif sumber pangan pokok.

Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Hayati Pangan Berbasis Masyarakat

       Keberagaman bahan pangan hayati merupakan salah satu kekayaan luar biasa yang dimiliki oleh Indonesia. Negara ini dikenal sebagai salah satu negara megadiverse di dunia, dengan keanekaragaman spesies tanaman yang berpotensi menjadi bahan pangan. Sayangnya, masih banyak kekayaan pangan yang belum dimanfaatkan secara optimal. Di banyak daerah, lahan pertanian yang ada masih banyak ditanami dengan tanaman monokultur, yang rentan terhadap perubahan iklim dan serangan hama.

        Pelestarian dan pemanfaatan sumber daya hayati pangan berbasis masyarakat bisa menjadi salah satu strategi yang bisa digunakan untuk menjaga keanekaragaman pangan Indonesia. Kebanyakn masyarakat lokal telah memiliki pengetahuan mendalam terkait ekosistem yang ada di sekitar mereka dan cara-cara yang dilakukan dalam memanfaatkan sumber daya alam. Seperti yang disampaikan dalam Forum Bumi yang diselenggarakan oleh Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia, kearifan lokal ini harus selalu dijaga dan diberdayakan agar tetap relevan dalam menghadapi tantangan modern.

                                                 Sumber gambar: mamikos.com/Lintang Filia

      Misalnya saja di Kalimantan, pemanfaatan hutan sebagai penghasil pangan yang telah dilakukan oleh masyarakat suku dayak pada waktu yang lama. Mereka tidak hanya bergantung pada beras, tetapi juga memanfaatkan aneka buah-buahan liar, ikan-ikan sungai, serta mengkonsumsi sayuran yang tumbuh di hutan tersebut. Pemanfaatan hutan atau agroforestri yang telah diterapkan oleh masyarakat lokal ini telah terbukti mampu menjaga keseimbangan ekosistem sekaligus menyediakan sumber pangan yang beragam.

        Dalam pelestarian keanekaragaman hayati ini memerlukan adanya dukungan dan kebijakan dari pemerintah. Melalui beberapa upaya seperti perluasan konservasi lahan, memberikan insentif kepada  para petani yang telah menerapkan sistem pertanian berkelanjutan, serta mengembangkan pasar untuk berbagai produk pangan lokal merupakan langkah penting yang bisa diambil untuk memastikan sumber daya hayati tetap lestari dan dapat dimanfaatkan secara optimal.

Kolaborasi Antara Pemerintah, Masyarakat, dan Swasta

       Masa depan ketahanan dan keanekaragaman pangan Indonesia tidak hanya bergantung pada satu pihak saja. Tapi perlu adanya kolaborasi yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta demi menciptakan sistem pangan yang lebih tangguh dan adaptif. Pemerintah harus memainkan peran melalui pembuatan regulasi yang mendukung diversifikasi pangan serta melindungi sumber daya hayati lokal. Di sisi lain, sektor swasta dapat membantu melalui teknologi dan investasi, sementara masyarakat berperan sebagai pelaksana utama di lapangan.

Selain itu,  dengan adanya forum-forum diskusi seperti Forum Bumi yang dihadiri Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia dapat menjadi platform penting untuk mengumpulkan dan mempelopori berbagai pemangku kepentingan guna membahas solusi ketahanan pangan

      Melalui dialog dan kerja sama, kita dapat merancang strategi yang komprehensif untuk menghadapi tantangan ketahanan pangan di masa depan.

 

Menatap Masa Depan dengan Optimisme

       Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa meskipun ada banyak tantangan, ada pula banyak harapan.  Demi masa depan ketahanan dan keanekaragaman pangan Indonesia kita harus melakukan beberapa langkah seperti beradaptasi, berinovasi, dan melestarikan sumber daya yang kita miliki. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, memperkuat komunitas lokal, dan melestarikan keanekaragaman hayati, Indonesia dapat membentuk sistem pangan yang lebih tangguh dan berkelanjutan.

       Kita semua memiliki peran masing-masing untuk mewujudkan masa depan ketahanan dan keanekaragaman pangan. Setiap langkah kecil, seperti mendukung produk pangan lokal, ikut serta dalam pelestarian lingkungan, hingga inovasi teknologi di bidang pertanian, akan membawa kita lebih dekat pada ketahanan pangan yang lebih baik untuk masa depan. Melalui kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, maka bukan hal yang mustahil jika Indonesia akan tetap menjadi negara dengan pangan yang beragam, tangguh, dan adaptif di masa depan.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dari Tanah, untuk Nusantara: Inovasi dan Pelestarian Pangan Demi Ketahanan Bangsa"

Posting Komentar